Sehari sebelum hari ini, sy tersadar bahwa jalan-jalan di Makassar tidak lagi terlihat seperti album foto. ya, album foto para calon walikota.
sampai beberapa hari yg lalu, dimana2 terpasang baliho,spanduk2,stiker2, bendera2,mobil2,baju2,bahkan rumah dengan berbagai macam kalimat dan gambar "Promosi diri" para cawal.
pikiranku jadi bertanya2,,,,"kemana yah, smua album foto itu?"
apakah berakhir di tempat sampah? dibakar? dijadikan pembungkus kacang? ataw dipasang sebagai tirai di becak2 untuk menghalau terik matahari bagi penumpang yang berharga?yg terakhir ini jelas lebih bermanfaat ketimbang tindakan "Nyampah" yg lainnya.
saat sy menjadi panitia, seringnya kebagian seksi publikasi dan dokumentasi. rasanya...membuat spanduk0 itu mahal banget deh,,, apalagi waktu itu mau buat seminar keperempuanan dengan dana yang pas2an sekali. duuuh,kita smpe menghabiskan waktu berjam2 untuk membujuk sang pemilik percetakan agar mencukupkan harga spanduknya dengan budget kami yg wkt itu cm 100rb.
nah, spanduk aja mahal?apalagi baliho dan stiker2 jumbo yg sepertinya ditempel dimana2 tanpa ada perasaan bersalah bahwa mereka barusaja membuang uang, merusak tembok(dengan lem yg g mau lepas tanpa merusak catnya),merusak pemandangan yg sebenarnya bisa lebih baik, serta memenuhi lorong2 yg sumpek menjadi lebih sumpek,,,tambah lagi dengan berbagai macam pamflet dan selebaran yg ujung2nya hanya akan jadi sampah.
semua agar mereka bisa dipilih oleh warga, semua adalah demi masyarakat yg sejahtera dibawah kepemimpinan mereka (baca: semua agar mereka bisa mengembalikan modal yg mereka keluarkan).
tak heran saya kalau banyak calon legislatif maupun eksekutif yg memenuhi rumahsakit jiwa gara2 tidak terpilih. biayanya banyak banget bo! pasti mereka udah bangkrut bgt...mereka juga meninggalkan anak istrinya yg melarat dan malu karna ulah mereka...
sementara untuk yg terpilih, hanya akan menjadi lintah darat bagi org2 yg mempercayainya (gak semua sih, tp sebagian besar birokrat di Indonesia Raya ini bertindak begitu)
itulah dia,kesannya
mendapatkan amanah itu sangat sulit...tapi tak ada kesulitan apapun untuk menjaga dan mempertanggungjawabkannya kurasa, manusia2 tukang promosi diri itu terbalik mengartikan amanah...
sy jd ingat pemilihan ketua kelas di angkatanku, luar biasa sekali pemilihan itu, siapa yg menjadi penghitung suara, malah akan menjadi ketua kelas itu sendiri...itu karna g ada yg mau jadi pengemban amanah menjadi ketua kelas! g ada yg mau direpotkan dan disalahkan seangkatan gara2 lupa memberi tahu bahwa ujian dimajukan besok dst2...repot...!tak ada yg mau bertanggungjwab untuk itu.
mahasiswa memang pintar, tahu aja amanah itu merepotkan...(hahaha)
sy pernah mendengar kisah dimana Allah ingin memberikan amanah menjadi khalifah di bumi ini untuk para malaikat, gunung2, dan alam semesta ini, tapi tak ada yg mampu memikulnya. sementara manusia yg bodoh, tanpa menyadari kapasitasnya, malah menerima amanah yg bahkan alam ini pun tak dapat memikulnya.
di depan manusia, kita bisa saja melalaikannya tanpa diketahui.
tetapi bagaimanakah pertanggungjawaban kita di akhirat nanti?
dimana setiap hal akan di perhitungkan, walaupun itu hanya seberat biji zarrah (sy g tau itu tumbuhan apa, tapi pasti bijinya kecil sekali...)
amanah yg Tuhan berikan pada kita adalah kehidupan dan segala yg terdapat didalamnya ini,,,,bisakah kita mempertanggungjawabkannya???
tapi...meskipun telah melecehkan para cawil, sy tetap memilih dengan penuh kesadaran,krn sy tidak mau jadi mahasiswa2 tukang protes yg cuma golput dan melepas tanggung jwabnya untuk memilih...