Amey
alkisah, ada seorang pemuda, yg menanam pohon berduri di tengah jalan...
(sy jg tidak tahu knp pemuda itu bisa iseng begitu..???)

pokonya, semakin lama, tanaman itu makin besar, menjadi semak berduri, kemudian menjadi pohon berduri...

banyak sekali tetangga dan org2 sekitar yg telah tertusuk oleh duri2 itu, mereka memprotes pada pemuda itu, supaya segera memotong phon itu.

pada zaman itu, blm ada polisi yg mengatur masyarakatnya, sehingga sang pemuda tetap saja enak2an memelihara pohon itu, dia siram setiap hari, dan dia pupuki dgn baik...
tapi lama2, pohon itu semakin besar, sang pemuda mulai kewalahan menghindari sulur2 berduri dari phonnya sendiri...

kemudian, datanglah pamong praja penertib masyarakat, mereka mendengar keluhan masyarakat dan menyuruh pemuda itu u/ segera memotong phon berdurinya.

sang pemuda tak peduli, dia terus menunda memotong pohon itu...
hingga akhirnya, dia telah tua renta...dan pohon itu semakin besar memenuhi jalan dan menggusur rumah2 sekitarnya...
saat itulah, dia berpikir u/ memotong phon itu.
tetapi sayangnya, tubuh pak tua itu telah sangat renta, sehingga mengangkat kapak pun ia tak bisa.


mari kita misalkan pohon itu sbg dosa2 kita yg menumpuk.
sebenarnya, kapak dosa2 itu adalah dzikir2 kita.yang dapat kita gunakan kapan saja untuk menebas dosa2...
tetapi banyak dari kita yg terus menunda2 u/ menebas pohon dosa kita...
hingga saat kita tua, kita tidak cukup umur lagi u/ menghapus dosa2 itu dengan dzikir setiap hari pun...

jd...mumpung masih muda (u/ kamu2 yg masih muda, U/ kamu2 yg udah tua,,,g tau deeeh! hahaha...)
banyak2lah berdzikir, krn dosa2 kita itu terus menumpuk, menyakiti hati org2 sekitar dan bahkan diri kita sendiri dengan duri dosa2 kita itu...

original story by : ust. Jalal
rewrite by: Ame
0 Responses