Amey


"Manusia itu..., semakin kelihatan "manusiawi"nya pada saat dia berada dlm keramaian"

kira2 itulah yg kutangkap dari pemikiran Zarazustha (moga2 g slh eja) dari bab terakhir di buku berjudul "bayang-bayang".
Zara yg entah apa hubungannya dgn nietzsche ini, mengaku ingin "melampaui manusia" dan menjadi "manusia unggul". ia menganggap, manusia itu hanyalah "jembatan" u/ menjadi manusia unggul, dan bukan merupakan sbuah tujuan.

Zara ingin mencapai tujuannya itu dgn berjalan sendirian.
yup, krn manusia hanya bs mengaumkan keunggulannya jika ia unik, dan itu hanya akan terpancar jika ia sendiri.

sbnrnya dlm bbrp hal sy g stuju.
misalnya, krn terlalu mengerikan membayangkan hidupmu dlm kesendirian.
aku bergidik memikirkan harus meninggalkan ibu ayahku, adik2, dan teman2ku, seperti Zara bergerak menjauhi murid2nya, agar muridnya bisa "bebas" mengaumkan keunggulannya sndiri2.

tetapi sy stuju ttg kenyataan bahwa manusia ini, memang smakin memuakkan jika berada dlm komunitas.
dan semakin besar komunitas itu, semakin parah kelakuannya.

dlm materi bastra HMI dulu qta pernah dihadapkan pada pertanyaan:
"apakah individu yg mmpengaruhi masyarakat, atau masyarakat yg mempengaruhi individu?".
ntahlah, sy jg lupa jawaban dr pematerinya wkt itu.
tp klo mlihat zara, dy seakan2 ingin mengingatkan kita, bhwa seharusnya :

"individulah yg mempengaruhi masyarakat!!!"

tetapi tak bisa dipungkiri, psikologi massa mmg dasyat efeknya.
kau g akan bisa "tak tercampur" dengannya, krn kau pasti tak ingin terlihat aneh didalam komunitas itu, lagipula, sdh fitrah manusia u/ beradaptasi kan?
(ini kusadur dari kata2 seseorang bernama "skydrugz")

conth lain bisa diliat pd supporter2 yg baru pulang dari stadion bola, stlh mendukung tim idolanya. anehnya, menang ataupun kalah. supporter itu ttp saja mengadakan konvoi.
dlm komunitas yg massal itu, mrk tak peduli lg dgn keramaian jln. pokonya, rombongan mrk harus dibukakan jalan. smua org wajib menghindar, dan mrk bebas mencorat coret mobil yg lewat.

ttg ini, ayahku berkomentar : "manusia mmg bgitu nak, di Indo yg serba kekurangan pekerjaan ini, dengan rakyat kecil yg terlalu banyak, dan tak ada yg memperhatikan mrk (btw, sadar g sih, klo para pejabat2 itu BENAR2 tdk memperdulikan rakyat kecil??, rakyat kecil slalu harus berjuang mandiri u/ mempertahankan hidup mrk sndiri, mrk bgitu mudah diombang ambing o/ kenaikan beberpa sen harga barang2 pokok...mrk begitu mendrita). maka ajang konvoi2 inilah wadah pelampiasan mrk. disana mrk bebas berteriak dan merusak apapun, sebagai wadah pelampiasan frustasinya. sebab, kpn lagi mrk bisa merasa jd lebih kuat dari kaum2 borju itu?

beda lagi pendapatku, akibat pengaruh dari bku "think, not blink", aku mendapati pelajaran bahwa manusia jaman ini mmg kebanyakan sudah kehilangan kendali, dan kau akan sadar, betapa sulitnya mnmukan org2 yg bnr2 mau bertanggung jwb atas tindakannya sndiri. (buku ini bgitu dasyat, slh satunya mengenai pertanyaan: "apakah sindrom stress itu hanya mitos?"...tp kisahnya terlalu menarik u/ hanya disisipkan di notes ini, mungkin lain kali akan kutuliskan scr lebih layak).

intinya, manusia mmg seperti itu.
tak pernah tak tercemar oleh komunitas...
zara memang memberi ajaran yg bagus.
aku pun tertarik u/ mecoba hidup sendiri.
tp apa daya, sy slalu terikat o/ tmn2 dan kerabat2ku yg dianggp bs menghambat "auman singa"ku menggetarkan penjuru alam ini.

NB: tp tak apa2lah. tak harus singa kan? saat ini menjadi kucing pun sy tak masalah.