Amey
sore ini aku baru pulang dari acara syukuran salah satu asisten senior di faal.
Rumahnya brada di jalan Bung, jauuuuh kedalam kompleks…..dan berada disalah satu gang buntu dari kompleks itu.
Rumannya sederhana, sepetak rumah, dengan 4 buah ruangan dan 1 tempat jemuran dan garasi.
Aku…termagu dalam rumah mungil itu.
Wah, luar biasa skali kk ini, dengan keterbatasan dan kesederhanaan ini, beliau bisa bertahan di FK dan akhirnya diwisuda jg. Hfff…sambil menyantap soto banjar yang dihidangkan, aku melamunkan betapa bodohnya aku yg sdh mempunyai segala fasilitas, tetapi belum bisa memanfaatkannya dgn sempurna.
Tapi sudahlah, bukan itu yg mau kuceritakan padamu kawan,
Ini,,,mengenai penumpang aneh yang kulihat saat naik angkot pulang dari rumahnya kk itu.
Saat itu hujan begitu gerimis, matahari senja masih bersinar cerah—kata orang, ini namanya “hujan orang mati”…hiiih…serem jg y?— begitu pak supir menurunkan salah satu penumpangnya di depan Mtos, naiklah penggantinya….ini lah penumpang aneh yg kumaksud.
Ia adalah seorang perempuan bertubuh tinggi besar dan kurus. Kulitnya gelap terbakar matahari. Tangannya kekar, dengan urat2 nadi yang menonjol membentuk kontur ular2 eksotik di sekujur lengan bawahnya.
Ia memakai baju daster panjang berwarna ungu, dengan motif segitiga2 yg mengingatkanku akan wanita gipsy. Ujung kerudung birunya, ia ikatkan di atas kepala sehingga lehernya yang jelas2 terkena gondok stadium berat itu terlihat jelas. Ia juga mengenakan masker bedah yang biasa digunakan pada orang2 flu, tapi masker berharga ini tidak dikenakannya hingga menutupi hidungnya yang berkutil, namun hanya dikenakannya di dagu saja.
Dipergelangan tangannya ada gelang bermotif tiruan pualam berwarna ungu, hijau toska, dan banyak warna senada. Ah, Gelang itu sebenarnya manis, tetapi sangat kontras dengan urat lengannya yang kekar itu. Didalam roknya, ia mengenakan celana boxer kotak-kotak biru tua yg dapat kau lihat ketika dia menyingkap rok itu untuk mengambil uang pembayaran angkot yg sdh di ambilnya sejak pertama naik.
Dari semua keanehan itu, yang paling membuatku tercengang adalah barang bawaannya. Ya, barang barang bawaannya Sangat aneh, apalagi untuk ukuran seseorang yang baru naik dari Mtos.
Ia membawa sebuah tabung gas berkarat dengan sisa sarang labah-labah dan bubuk2 gabah disana-sini. Ada pula sebuah kardus yang hampir menganga jika saja tidak diikat dengan tali raffia, akibat penuh diisi sayuran. Di tangannya ada sebuah kantong plastik hitam yang ternyata berisi AYAM HIDUP! Dan ditangan satunya lagi, ada sebuah plastik bening TIDAK DIIKAT yang berisi ikan hidup pula.
Saat naik angkot, kresek hitam itu ia buka agar kepala dan leher panjang ayam itu bisa menyembul (dan membuatku was-was), sementara plastik ikan itu ia pangku sedemikian rupa, shingga airnya tidak tertumpah dan menewaskan ikan didalamnya. Sepanjang jalan, ia selalu heboh mengomentari apapun yg dilihatnya, tetapi karena masker itu ia kenakan dimulutnya, ucapannya menjadi tidak jelas dan hanya terdengar seperti gumaman. Kakinya yang bersendal jepit hitam, ia ayun2kan seakan menikmati musik yang ghaib.
Begitu angkot tengah melewati perkuburan di sudiang, dia melepas tangannya dari kresek ikan, dan mengangkat keduanya dengan pose berdoa --Dari posenya itu, aku tahu orang ini orang islam.--Tetapi aku masih tak tau apa yang kira-kira ada dalam pikirannya.
Ah, betul2 penumpang yang aneh.
Ini membuatku terheran2, mengapa Tuhan bisa begitu kreatif mencipakan seseorang yang tak pernah sama dengan yang lainnya. Belum lagi mengatur jalan cerita masing-masing orang itu. Sungguh luar biasa ke-Maha Besaran Allah itu…
In the end…aku tak tahu harus bilang apa, tapi tulisan ini mmg hanya untuk menggambarkan wanita yg membuatku tercengang itu…^^