Empat hari telah berlalu, selepas hari membahagiakan tanggal 21 april kemarin.
Kemarin itu adalah hari kartini paling spesial buat keluarga besarku.
yup2, hari itu juga hari pengukuhan ayahku.
terpaksa nekad bolos pancasila.
pdhl hari itu adlh giliran kelompokku yg naik presentasi.
tp sudahlah, itu mmg resiko.
tak mungkin kan, aku berkebaya dan ber make up tebal ke kampus, hanya u/ ikut plajaran pancasila?
anyway, Hari itu, Rumahku kebanjiran karangan bunga.
Dari 8 karangan yg kami bawa pulang.
Hanya 2 yang terbuat dari plastik dan 6 lainnya, adalah bunga sungguhan.
Hmmm…Cantik dan wangi sekali! Mereka menghias ruang tamu, ruang makan, dan dapur kami.
Menambah rona cantik di ruangan2 itu.
Meski aku juga seorang wanita, rupanya aku tak bertangan hijau nan lembut seperti gadis2 manis di sinetron2 di TV.
Aku tak tau bagaimana merawat bunga2 itu.
Di hari ke-2, aku mulai cemas melihat mawar2 di tiap rangkaian itu menghitam.
Maka dengan bermodal insting, kucabut 4 mawar dari tiap2 rangkaian itu, untuk kuselamatkan.
Meninggalkan bunga2 kuning dan putih tetap anteng di vasnya.
(Sebab, mereka kelihatan masih segar)
Ku letakkan 4 mawar yg lemas itu di gelas tinggi, kuisi air 3/4nya, dan mengikuti saran ibuku, kutambahkan CUKA sedikit, dan menjemurnya dibawah matahari bersama jemuran2 baju. Pikirku, mrk pasti butuh udara segar dan matahari.
Dasar bodoh, sorenya, aku menyesal melihat mawar2 itu malah semakin cepat layu. Mungkin kepanasan saat siang hari, atau keracunan oleh CH3COOH itu. Atau mungkin dua2nya….
Kawan2ku tertawa terbahak2 mendengar cerita konyol itu.
Bagaimanapun juga aku tak pandai merawat bunga.
Beberapa menit sebelum menuliskan hal ini, aku termenung menatap 6 rangkaian yang nyaris mati itu.
Bunga2 yg kecil sudah merunduk malu2.
Kelopak2nya sudah begitu rapuh, Sehingga saat kusentuh untuk menegakkan wajahnya, kelopak2 itu malah tercerabut dari tangkainya.
(Yah, seharusnya tak serapuh itu sih, mungkin krn memang tanganku yang tidak lege artis dlm memegangnya)
Kini yang tertinggal hanya bunga2 yg besar, dan rangkaian daun2 bermatanya.
Aku tak tau sampai hari keberapa mereka bisa bertahan.
Setidaknya, mumpung masih setengah hidup, aku akan berusaha menghirup sisa2 wanginya.
Memang Tak sewangi di hari kartini lalu.
Tapi untuk 4 hari Ini, mereka telah berjasa mencerahkan rumahku.
Terima kasih untuk para penyumbang bunga ini...
Terima kasih dan kagumku untuk Florist yang membuat bunga2 ini.
Kalian sungguh hebat dan telaten, aku salut!
As for me?
Kalo ada waktu, aku mau belajar merawat bunga ah…
Siapa tau, nanti aku akan mendapatkan bunga untukku sendiri…?
who knows? ^_^
Hidupnya berakhir tragis. Semoga Ibu bunga tenang di alam sana. Tidak harus dipotong lagi, tidak perlu menghitam.
amien...
gw inget kata2nya kartini dislh satu siaran iklan di radio hari kartini itu.
ktnya: kami wanita tdk mati-matian berskolah untuk menyaingi pria.
tetapi sebagai pengajar pertama manusia di dunia, kami harus punya pendidikan yg tinggi.
keren y?
sepakat2..nda ada gunanya bersaing..nda ada juga yang perlu di saingi..ada lahannya masing2 koq...heeee
betuuuullll!!
hehehe...
hidup wanitaa!!
Kalau saya jadi teringat orang biasa yang namanya Syukri, katanya apa saja bisa dijadikan alasan untuk pertentangan gender. Biasa, dialektika. Tapi persetan dengan semua itu kalau kekacauan jadi tujuan dialektikanya.
Saya suka sama kata pragmatisnya ini yg kalau disederhanakan menjadi,
pria dan wanita, lakukan apapun yang kalian inginkan tp jgn ganggu saya.
dsrrr..siapa sih, syukri itu? ngapain jg dibawa2 klo g penting?
hehehe...
dsrr...kamu bnr2 org yg cuek y?
asal g ganggu, g peduli.
sometimes, we just hav to think bout the others.
Saya yakin Bang Syukri juga memikirkan orang lain tapi setelah dia memikirkan diri sendiri.
Dia itu orang pragmatis. Wajar.
dsr bung pragmatis...
americans...
kan Amerika patoakn kita!
siapa bilang!
makanya..pilih JK...
lbh cinta org desa daripada amerika...
hehehe