A novel by : Lalu Mohammad Zaenuddin
Published by : Diva Press
Masih inget dgn kalimat “cogito, ergo sum”? familiar y?
iya, kalimat itu khas dari Rene Descartes = “Aku berpikir, maka aku ada”.
Buku yg kupromosikan kli ini, berjudul “Cogito Allah Sum!”.
Judul yg nyentrik, menarik, dan sungguh membuatku penasaran.
Sub-judulnya berbunyi, “ Semakin aku berpikir, ternyata Allah semakin ada”.
Seketika, sy jd teringat, waktu mengikuti MEDIA yang diadakan oleh MPM (mahasiswa pecinta mushola)—klo g salah--- Dan waktu mengikuti DAD (daarul Arkam Dasar) oleh IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), didalam kedua basic training itu, 1 pertanyaan yg sama muncul dari teman2 baruku.
“kamu jg ikut HMI? Wah, kok mau ikut itu sih? Hati2 lho, teman2ku yang HMI itu banyak yg jadi malas sholat, malas ibadah, dan malah jadi seperti Ateis…sy juga pernah ikut bastranya, tp cm setengah, sisanya sy g lanjut lagi, takut jd kafir…itulah, klo agama coba2 di logikakan, g matching!”katanya.
Umm…gimana ya? Sulit menjelaskannya, sy ikut HMI,IMM,Media(yg ini cm ikut bastranya, organisasinya mah g jadi), + tarbiyah di mana2, smuanya di dorong oleh rasa ingin tahuku, terhadap Tuhan, dan agama Islam.
Tiap organisasi punya warna2nya sendiri, smuanya sungguh menarik, tapi hingga saat ini, hatiku masih terpaut oleh HMI, jd agak nylekit jg, ditanya ky gitu,,,krn memang, tmn2ku diHMI agak terkesan hedonis, jarang trlihat beribadah ritual, dan slalu trlihat berpolitik, tapi g se-extrim di komisariat fakultas tmnku itu, smpe g sholat sm skali….
kurasa, tmnnya tmn baruku itu bukannya ateis, mgkn msh percaya Tuhan Allah, cm dengan bentuk pribadahan yg berbeda… tp memang sih, ada banyak org yg malah jadi atheis karna kebanyakan berpikir, beretorika, dan mencoba berpikir logis (aq prnh berdebat dgnnya lwt YM,kuharap org itu segera mndapat hidayah).
Dalil2 mereka adalah, “krn Tuhan tak terlihat”, “Tuhan itu Cuma mitos yg muncul sejak zaman primitif, dmn manusia blm bisa menjelaskan fenomena2 alam”,”saat smua fenomena ini bs dijelaskan, Tuhan telah mati—Gott ist Tot”dst2 ….(lnjutannya, baca sndiri di chapter 6 buku ini).
Tapi seiring dgn berjalannya crita dlm buku ini, sy tersadar, kurasa, sy pernah melalui fase2 ini, tetapi untungnya sy g smpt berfikir u/ bnr2 kluar dari agamaku skrg (Islam, the most beautiful religion of all). Bahasanya blm seindah ayat2 cinta, tapi benar2 menyentuh. Benar2 novel inspiratif bagi “para pencari Tuhan”.
“semakin aku memikirkan hakikat Allah, Allah justru semakin Ada. Allah tak tebantahkan oleh nalar filsafat dan logika apa pun. Allah seolah telah memfitrah di dalam hati setiap manusia, dirasakan, tak terlogikakan, menghadirkan pendar-pendar ketentraman jiwa yang sangat bening”.
Aaah…salut bwt Lalu MZ!^_^
Published by : Diva Press
Masih inget dgn kalimat “cogito, ergo sum”? familiar y?
iya, kalimat itu khas dari Rene Descartes = “Aku berpikir, maka aku ada”.
Buku yg kupromosikan kli ini, berjudul “Cogito Allah Sum!”.
Judul yg nyentrik, menarik, dan sungguh membuatku penasaran.
Sub-judulnya berbunyi, “ Semakin aku berpikir, ternyata Allah semakin ada”.
Seketika, sy jd teringat, waktu mengikuti MEDIA yang diadakan oleh MPM (mahasiswa pecinta mushola)—klo g salah--- Dan waktu mengikuti DAD (daarul Arkam Dasar) oleh IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), didalam kedua basic training itu, 1 pertanyaan yg sama muncul dari teman2 baruku.
“kamu jg ikut HMI? Wah, kok mau ikut itu sih? Hati2 lho, teman2ku yang HMI itu banyak yg jadi malas sholat, malas ibadah, dan malah jadi seperti Ateis…sy juga pernah ikut bastranya, tp cm setengah, sisanya sy g lanjut lagi, takut jd kafir…itulah, klo agama coba2 di logikakan, g matching!”katanya.
Umm…gimana ya? Sulit menjelaskannya, sy ikut HMI,IMM,Media(yg ini cm ikut bastranya, organisasinya mah g jadi), + tarbiyah di mana2, smuanya di dorong oleh rasa ingin tahuku, terhadap Tuhan, dan agama Islam.
Tiap organisasi punya warna2nya sendiri, smuanya sungguh menarik, tapi hingga saat ini, hatiku masih terpaut oleh HMI, jd agak nylekit jg, ditanya ky gitu,,,krn memang, tmn2ku diHMI agak terkesan hedonis, jarang trlihat beribadah ritual, dan slalu trlihat berpolitik, tapi g se-extrim di komisariat fakultas tmnku itu, smpe g sholat sm skali….
kurasa, tmnnya tmn baruku itu bukannya ateis, mgkn msh percaya Tuhan Allah, cm dengan bentuk pribadahan yg berbeda… tp memang sih, ada banyak org yg malah jadi atheis karna kebanyakan berpikir, beretorika, dan mencoba berpikir logis (aq prnh berdebat dgnnya lwt YM,kuharap org itu segera mndapat hidayah).
Dalil2 mereka adalah, “krn Tuhan tak terlihat”, “Tuhan itu Cuma mitos yg muncul sejak zaman primitif, dmn manusia blm bisa menjelaskan fenomena2 alam”,”saat smua fenomena ini bs dijelaskan, Tuhan telah mati—Gott ist Tot”dst2 ….(lnjutannya, baca sndiri di chapter 6 buku ini).
Tapi seiring dgn berjalannya crita dlm buku ini, sy tersadar, kurasa, sy pernah melalui fase2 ini, tetapi untungnya sy g smpt berfikir u/ bnr2 kluar dari agamaku skrg (Islam, the most beautiful religion of all). Bahasanya blm seindah ayat2 cinta, tapi benar2 menyentuh. Benar2 novel inspiratif bagi “para pencari Tuhan”.
“semakin aku memikirkan hakikat Allah, Allah justru semakin Ada. Allah tak tebantahkan oleh nalar filsafat dan logika apa pun. Allah seolah telah memfitrah di dalam hati setiap manusia, dirasakan, tak terlogikakan, menghadirkan pendar-pendar ketentraman jiwa yang sangat bening”.
Aaah…salut bwt Lalu MZ!^_^