Amey

“Bagaimana bisa, kmu dihargai, jika kamu sendiri tidak bisa menghargai dirimu?”

Itu lah kata-kata yang kami ulang-ulang di ruang pengap berdebu, tetapi ber AC, di sore hari itu.

Aku termenung, mengingat seseorang yang telah berlalu. Yah, Ia begitu tidak PD dengan dirinya sendiri, sehingga aku harus terus menyemangatinya untuk maju dan memperjuangkan keinginannya. Menyadarkan bahwa dirinya begitu berharga, dan dia tak perlu merubah apapun dari dirinya itu untuk mendapatkan cita-citanya. Sesungguhnya orang yg ingin ia dapatkan itu, hanya memerlukan keberaniannya, perhatiannya dan bukan sekedar kata-katanya. Tetapi karena dia pun tak mau menghargai dirinya apa adanya, aku pun tak sanggup lagi menyemangatinya.

Hingga malam menjelang, kata-kata itu terus kutujukan padanya, seakan-akan telepati itu benar-benar nyata.

Karena semalam ketiduran cepat, aku terbangun sebelum subuh. Hujan.

Ku sambut rahmat dari langit dengan membuka jendela kamarku, Ahh...Sungguh teduh merasakan udara sejuk pagi hari yang bercampur dengan tempias air hujan dari jendela kamarku. Angin itu, seakan membawa jauh mimpi indahku, tentang dirimu itu.

Aku terduduk, di ujung kasurku, berusaha menghirup sebanyak-banyaknya angin-tempias air yang begitu menyegarkan itu. Tiba-tiba Hpku berdering, menyampaikan SMS, yang menyadarkanku, bahwa hal yang selama ini kulakukan, memang tak perlu mendapatkan balasan.

Aku ingat, ketika aku mengikuti sebuah test, mengenai seberapa banyak kah, bunga merah dan putih yang akan kuberikan padamu, jika aku berkesempatan memberikannya sebucket bunga.

Aku menjawab, 100% bunga merah, dan 0% bunga putih.

Aku sadar, konsekuensi dari jawabanku itu adalah, benar-benar hanya memberi, tanpa meminta apa-apa sebagai balasan. Aku tak akan memberikan bunga putih, yang harus kau warnai lagi. Ia adalah sebuah keikhlasan, dan ketulusan yang tak ada pamrihnya.

Aku berusaha tertidur lagi, kupejam kan mataku,dan kutahan jariku sebaik-baiknya, agar tidak berusaha mengirimkan pesan pendek lagi ke ponselmu. Disaat itu, Aku mulai berpikir, untuk melanjutkan kembali permainan kita, meskipun kmu bahkan tidak mau bermain lagi.

Kupandangi wajah teddy bearku yg sedikit-sedikit masih berubah menyerupaimu. Kubungkus diriku, dan ku yakinkan bahwa aku ingin meneruskan permainanku ini sendiri saja...

Akhirnya pagi pun menjelang. Hujan belum reda juga, tetapi matahari sudah giat menyinari langit. Tidur yang singkat tadi membawa mimpi yang tidak menyenangkan.
Kini aku sadari,

“bagaimana bisa, kamu dihargai, jika kamu sendiri tidak bisa menghargai dirimu?”

Bahwa kalimat diatas itu, justru seharusnya ditujukan buatku.

Tidak ada 100% bunga merah. Tidak ada permainan yang dilakukan sendirian. Perasaanku, ketulusanku, mereka adalah bagian diriku yang sangat berharga, dan hanya kuberikan untuk org yang menawarnya dengan harga yang paling menarik hati dan Bukan pada orang-orang yang bisa mencampakkannya begitu saja.

This game is over,,,time to move on...